![]() |
Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus di Vatikan 19 November 2014.Foto/file: Reuters |
Jakarta (Exclusive Network) – Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, pada usia 88 tahun. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh Vatikan pada Senin (21/4/2025) pagi, waktu setempat, setelah Paus menghembuskan napas terakhir di kediamannya, Casa Santa Marta, pukul 07.35 waktu Roma (12.35 WIB).
Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, dikenal sebagai sosok pemimpin gereja yang revolusioner, bersahaja, dan penuh welas asih. Ia menjadi Paus ke-266 pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI, dan merupakan Paus pertama dari benua Amerika Selatan serta ordo Serikat Yesus (Jesuit).
Perjalanan Terakhir Seorang Paus yang Rendah Hati
Selama beberapa bulan terakhir, kondisi kesehatan Paus terus menurun. Ia sempat menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Gemelli, Roma, sejak Februari 2025 akibat infeksi pernapasan yang memburuk. Riwayat kesehatannya diketahui telah melemah sejak muda, termasuk operasi pengangkatan sebagian paru-paru saat berusia 20 tahun.
Dalam pernyataan resmi,Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Kamar Apostolik, mengumumkan wafatnya Paus dengan penuh kesedihan, seraya menyatakan bahwa “Sang Gembala telah kembali ke Rumah Bapa.”
Dunia Berkabung, Gereja Bersiap Menatap Masa Depan
Kepergian Paus Fransiskus membuka babak baru bagi Gereja Katolik, yang akan memasuki masa sede vacante — periode tanpa Paus — hingga digelarnya konklaf untuk memilih penerus takhta St. Petrus. Tradisi dan proses pemilihan Paus baru akan segera dimulai dalam beberapa minggu ke depan.
Ribuan umat diperkirakan akan memadati Vatikan untuk memberikan penghormatan terakhir dalam prosesi pemakaman yang akan diselenggarakan di Basilika Santo Petrus.
Warisan Sang Paus
Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal luas sebagai juru damai dan tokoh reformis yang membawa semangat inklusivitas, kesederhanaan, dan keberpihakan kepada kaum marginal. Sikapnya terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, kemiskinan, pengungsi, hingga perdamaian lintas agama menjadikan namanya disegani lintas keyakinan dan negara.
Tim Redaksi [Exclusive Network] Melaporkan; (*)