Vientiane, Laos (Exclusive Network) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan pentingnya merevitalisasi ASEAN Regional Forum (ARF) dalam menghadapi tantangan keamanan global yang terus berkembang. Hal ini disampaikan Menlu Retno dalam Pertemuan ke-31 para Menlu ARF di Vientiane, Laos, pada Sabtu (27/7).
Menlu Retno menggarisbawahi bahwa ARF harus mampu menangani isu-isu keamanan non-tradisional yang semakin kompleks, seperti migrasi penduduk akibat perubahan iklim, keamanan pangan, keamanan teknologi, dan kejahatan transnasional seperti perdagangan obat-obatan terlarang dan TPPO.
"Kita harus memperkuat ARF Annual Security Outlook, tidak hanya untuk sharing informasi dan data, tetapi juga sebagai dasar untuk mendorong berbagai kerja sama praktis, termasuk program peningkatan kapasitas dan table-top exercises," ungkap Menlu Retno.
Ia juga mendorong penguatan hukum internasional, termasuk UNCLOS, dalam setiap unit kerja ARF. Kolaborasi di bidang maritim, seperti patroli maritim dan pelatihan bersama, juga perlu ditingkatkan untuk mengatasi tantangan maritim seperti pembajakan.
Menlu Retno menekankan pentingnya ARF tetap inklusif dengan meningkatkan engagement dengan mekanisme Track 1.5 dan Track 2, termasuk dengan Dewan Kerja sama Keamanan di Asia Pasifik (CSCAP) untuk mengembangkan mekanisme diplomasi preventif.
"ARF harus dapat meningkatkan engagement dengan mekanisme Track 1.5 dan Track 2, termasuk dengan Dewan Kerja sama Keamanan d Asia Pasifik (CSCAP) untuk dapat mengembangkan mekanisme diplomasi preventif," pungkas Retno.
ARF dibentuk ASEAN pada tahun 1994 dan menjadi platform utama untuk membahas isu-isu politik dan keamanan kawasan. Kerja sama ARF dilakukan melalui tiga tahapan: 1) pembangunan rasa saling percaya (confidence-building); 2) diplomasi preventif (preventive diplomacy) di kawasan Asia Pasifik; dan 3) mekanisme penyelesaian konflik (Conflict Resolution mechanisms). ARF terdiri dari 27 negara anggota, termasuk seluruh negara anggota ASEAN, 10 negara Mitra Wicara ASEAN, serta beberapa negara di kawasan seperti Papua Nugini, Mongolia, Korea Utara, Pakistan, Timor-Leste, Bangladesh, dan Sri Lanka.
Pertemuan ARF ke-31 di Vientiane menghasilkan 4 (empat) dokumen, yakni Concept Paper terkait Kode Keamanan Kapal dan Pelabuhan; Pernyataan Bersama ARF mengenai Keamanan Feri; Rencana Kerja ARF terkait Kontra Terorisme dan Kejahatan Transnasional Periode 2024-2026; dan Rencana Kerja ARF untuk Penanggulangan Bencana Periode 2024-2027.
Pelaporan dan penulisan oleh Tim Exclusive network; Pelaporan tambahan dari Kemlu RI; Penyuntingan oleh Riyon dan Tim Editor Nasional
Prinsip kami : ©Standar kepercayan